Motivasi adalah daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu aktifitas. Motivasi merupakan faktor yang sangat berarti dalam pencapaian prestasi belajar. Setidaknya ada dua jenis motivasi yang perlu diperhatikan oleh guru, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri anak (intrinsik) dan motivasi yang diakibatkan oleh rangsangan dari luar diri anak (ekstrinsik). Di antara kedua motivasi tersebut motivasi intrinsik yang paling efektif mendorong siswa belajar. Dua motivasi intrinsik yang merupakan pembangkit motivasi belajar yang utama adalah keingintahuan dan keyakinan akan kemampuan diri. Setiap siswa memiliki rasa ingin tahu. Guru perlu menyalurkannya dengan cara, antara lain, mengajukan pertanyaan yang diluar kebiasaan. Keyakinan akan kemampuan diri dapat ditumbuhkan dengan cara memberikan tugas yang dapat diselesaikan siswa. Guru perlu memberi penguatan bahwa siswa pasti bisa.
Ada beberapa prinsip dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, di antaranya adalah:
1.Kebermaknaan
Siswa akan tertarik belajar jika materi yang akan dipelajari itu bermakna dalam arti berguna atau penting bagi dirinya. Kebermaknaan ini dikaitkan dengan kecenderungan yang ada dalam diri siswa, seperti bakat, minat, dan pengetahuan yang selama ini dimiliki. Untuk itu, kegiatan pembelajaran perlu melihat kecenderungan ini agar bahasan yang dipelajari berguna bagi siswa.
Dalam pelajaran fiqih, topik-topik atau bahasan-bahasan yang dipilih hendaknya yang sesuai dengan level perkembangan siswa dan juga yang fungsional dalam arti dibutuhkan dan berguna bagi anak. Di samping itu, guru Fiqih hendaknya mampu menunjukkan dan menyakinkan kepada siswa bahwa bahasan yang diajarkan itu betul-betul berguna bagi mereka, misalnya, dalam bahasan tentang muamalat seperti jual beli, pinjam meminjam, kerja sama, dan sebagainya.
2.Pengetahuan dan Keterampilan Prasyarat
2.Pengetahuan dan Keterampilan Prasyarat
Siswa akan dapat belajar dengan baik jika dia telah menguasai semua prasyarat baik berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Siswa akan lebih terdorong untuk belajar jika pelajaran yang akan diterima terkait dengan sejumlah pengetahuan yang telah dimiliki. Paling tidak, siswa akan memahami dan menafsirkan pelajaran tersebut berdasarkan kemampuan atau pengetahuan yang ada. Oleh karena itu, guru perlu memahami kemampuan awal (entering behavior) siswa untuk dikaitkan dengan bahan yang akan dipelajarinya, sehingga dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan mudah dan bermakna bagi siswa.
3.Model
3.Model
Siswa akan lebih menguasai pengetahuan atau keterampilan baru jika ia diberi contoh untuk dilihat dan ditiru.
4.Komunikasi Terbuka
Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada komunikasi terbuka antara guru dengan siswa. Agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, guru perlu melihat kondisi siswa, baik dalam hal pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki.
5.Keaslian dan Tugas yang Menantang
Siswa akan terdorong untuk belajar jika ia diberi materi, kegiatan baru atau gagasan murni/asli dan berbeda. Kebaruan atau keaslian gagasan akan menambah konsentrasi siswa pada pelajaran. Hal ini akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar. Selain itu, siswa perlu diberi tugas baru yang menantang untuk dipecahkan. Hanya saja, tugas tersebut jangan terlalu rendah, sehingga menimbulkan kebosanan, atau terlalu tinggi sehingga membuatnya ragu atau cemas untuk dapat memecahkannya.
6.Latihan yang Tepat dan Aktif
Siswa akan dapat menguasai materi pembelajaran dengan efektif jika kegiatan pembelajaran memberikan kegiatan latihan yang sesuai dengan kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Contoh penerapan prinsip ini, misalnya dalam pembelajaran mawaris, siswa diberi latihan secara aktif bagaimana menghitung bagian masing-masing ahli waris. Demikian pula pada pembelajaran shalat, pengelolaan zakat, pengurusan jenazah, siswa akan lebih menguasai kompetensi yang diharapkan manakala diberikan latihan-latihan (praktek) dibanding hanya sekedar diceramahkan.
7.Penilaian Tugas
Siswa akan memperoleh pencapaian belajar yang efektif jika tugas dibagi dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang/lama dengan frekuensi pengulangan yang tinggi.
8.Kondisi dan Konsekuensi yang Menyenangkan
Siswa akan terdorong untuk belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman dan dan jauh dari perilaku yang menyakitkan perasaan siswa. Suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan karena otak tiak akan bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Oleh karena itu guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan misalnya dengan mengembangkan permainan-permainan yang kemudian dikembangkan menjadi eksperimental yang lebih tinggi.
Dalam pembelajaran shalat misalnya, pelajaran tidak harus diajarkan di ruang kelas, tetapi bisa di masjid atau mushala, sehingga suasananya menjadi lebih menyenangkan. Contoh lain, untuk memahami (menghafal) nama-nama ahli waris dari pihak laki-laki maupun perempuan, dapat diberikan melalui permainan dengan menyanyi, dan sebagainya.
9.Keragaman Pendekatan
Siswa akan belajar jika diberi kesempatan untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar. pengalaman belajar tidak hanya berorientasi pada buku teks saja tetapi juga dapat dikemas dalam berbagai kegiatan praktis seperti proyek, simulasi, drama atau penelitian/pengujian. Dalam pembelajaran muamalat tentang jual beli misalnya, siswa dapat diberi tugas untuk mengadakan pengamatan di toko-toko atau di pasar tentang praktek jual beli yang terjadi, kemudian melaporkan hasil pengamatannya tersebut.
10.Mengembangkan Beragam Kemampuan
Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik, jika ia dikondisikan untuk megoptimalkan potensi siswa. Dalam penelitian mutakhir, kecerdasan tidak hanya tunggal, namun majemuk, seperti kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural. Guru perlu menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang, sehingga anak dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dapat terlayani secara optimal.
11.Melibatkan Sebanyak Mungkin Indera
Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal jika dalam belajarnya dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.
12.Keseimbangan Pengaturan Pengalaman Belajar
Siswa akan menguasai materi pelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian rupa sehingga ia mempunyai kesempatan untuk membuat suatu refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang dipelajari. Pengalaman belajar juga hendaknya menyediakan proporsi yang seimbang antara pemberian informasi dan penyajian terapannya.
Memikirikan ulang apa yang sedang dipikirkan atau apa yang sedang dikerjakan merupakan kegiatan penting dalam memantapkan pemahaman. Proses pikir ulang ini akan berjalan dengan baik jika dikondisikan dengan strategi pembelajaran tertentu, misalnya diskusi
4.Komunikasi Terbuka
Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada komunikasi terbuka antara guru dengan siswa. Agar kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik, guru perlu melihat kondisi siswa, baik dalam hal pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki.
5.Keaslian dan Tugas yang Menantang
Siswa akan terdorong untuk belajar jika ia diberi materi, kegiatan baru atau gagasan murni/asli dan berbeda. Kebaruan atau keaslian gagasan akan menambah konsentrasi siswa pada pelajaran. Hal ini akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar. Selain itu, siswa perlu diberi tugas baru yang menantang untuk dipecahkan. Hanya saja, tugas tersebut jangan terlalu rendah, sehingga menimbulkan kebosanan, atau terlalu tinggi sehingga membuatnya ragu atau cemas untuk dapat memecahkannya.
6.Latihan yang Tepat dan Aktif
Siswa akan dapat menguasai materi pembelajaran dengan efektif jika kegiatan pembelajaran memberikan kegiatan latihan yang sesuai dengan kemampuan siswa dan siswa dapat berperan aktif untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Contoh penerapan prinsip ini, misalnya dalam pembelajaran mawaris, siswa diberi latihan secara aktif bagaimana menghitung bagian masing-masing ahli waris. Demikian pula pada pembelajaran shalat, pengelolaan zakat, pengurusan jenazah, siswa akan lebih menguasai kompetensi yang diharapkan manakala diberikan latihan-latihan (praktek) dibanding hanya sekedar diceramahkan.
7.Penilaian Tugas
Siswa akan memperoleh pencapaian belajar yang efektif jika tugas dibagi dalam rentang waktu yang tidak terlalu panjang/lama dengan frekuensi pengulangan yang tinggi.
8.Kondisi dan Konsekuensi yang Menyenangkan
Siswa akan terdorong untuk belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman dan dan jauh dari perilaku yang menyakitkan perasaan siswa. Suasana belajar yang menyenangkan sangat diperlukan karena otak tiak akan bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Oleh karena itu guru perlu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan misalnya dengan mengembangkan permainan-permainan yang kemudian dikembangkan menjadi eksperimental yang lebih tinggi.
Dalam pembelajaran shalat misalnya, pelajaran tidak harus diajarkan di ruang kelas, tetapi bisa di masjid atau mushala, sehingga suasananya menjadi lebih menyenangkan. Contoh lain, untuk memahami (menghafal) nama-nama ahli waris dari pihak laki-laki maupun perempuan, dapat diberikan melalui permainan dengan menyanyi, dan sebagainya.
9.Keragaman Pendekatan
Siswa akan belajar jika diberi kesempatan untuk memilih dan menggunakan berbagai pendekatan dan strategi belajar. pengalaman belajar tidak hanya berorientasi pada buku teks saja tetapi juga dapat dikemas dalam berbagai kegiatan praktis seperti proyek, simulasi, drama atau penelitian/pengujian. Dalam pembelajaran muamalat tentang jual beli misalnya, siswa dapat diberi tugas untuk mengadakan pengamatan di toko-toko atau di pasar tentang praktek jual beli yang terjadi, kemudian melaporkan hasil pengamatannya tersebut.
10.Mengembangkan Beragam Kemampuan
Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik, jika ia dikondisikan untuk megoptimalkan potensi siswa. Dalam penelitian mutakhir, kecerdasan tidak hanya tunggal, namun majemuk, seperti kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan natural. Guru perlu menyediakan berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan kecerdasan itu berkembang, sehingga anak dengan berbagai kecerdasan yang berbeda dapat terlayani secara optimal.
11.Melibatkan Sebanyak Mungkin Indera
Siswa akan menguasai hasil belajar dengan optimal jika dalam belajarnya dimungkinkan menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran.
12.Keseimbangan Pengaturan Pengalaman Belajar
Siswa akan menguasai materi pelajaran jika pengalaman belajar diatur sedemikian rupa sehingga ia mempunyai kesempatan untuk membuat suatu refleksi penghayatan, mengungkapkan dan mengevaluasi apa yang dipelajari. Pengalaman belajar juga hendaknya menyediakan proporsi yang seimbang antara pemberian informasi dan penyajian terapannya.
Memikirikan ulang apa yang sedang dipikirkan atau apa yang sedang dikerjakan merupakan kegiatan penting dalam memantapkan pemahaman. Proses pikir ulang ini akan berjalan dengan baik jika dikondisikan dengan strategi pembelajaran tertentu, misalnya diskusi
0 komentar:
Posting Komentar