Pages

Jumat, 17 April 2009

MEMBUNUH KADERISASI DI SEKOLAH

Sosok Pemimpin Kah itu..........?

Intervensi pimpinan terkadang sangat dibutuhkan dalam melakukan tindakan, baik itu tersetruktur maupun tidak,namun hal ini sangat aneh apabila intervensi tersebut sangat tidak mendidik apalagi di dunia pendidikan.
Tulisan ini merupakan ilustrasi, bagi yang merasa teganggu dengan tulisan ini bukan maksud untuk memojokan akan tetapi untuk lebih menambah wawasan para pemimpin di dunia pendidikan.
Seorang pemimpin menurut saya terbagi 5 golongan,yaitu:
1. Pemimpin yang memang ditakdirkan menjadi pemimpin.
2. Pemimpin yang melalui mekanisme trening kepemimpinan.
3. Pemimpin yang dipilih berdasarkan tidak ada pilihan lain.
4. Pemimpin yang tau bahwa dia itu pemimpin,
5. Pemimpin yang tidak tau dan pura - pura ( berlagak ) tau tentang kepemimpinan.

Hal ini sangat menjadi cerminan kepada kita ( para pemimpin ) dibagian mana kita digolongkan? Silahkan kita bercermin dan intropeksi ( sorry kalau salah menulis istilah...).
Seorang pemimpin yang benar yaitu,
1. Benar proses merekrutnya
2. Benar Struktur yang merekrutnya.
3. Benar orang yang dipilih.
4. Benar keputusan pemilihannya
5. Benar honornya.
( Berdasarkan seminar nasinal di UNIMED 2009 )


Pemimpin yang bijak dan jerdas adalah yang dapat menyalurkan atau menularkan sifat kepemimpinannya kepada kader ataupun anggotanya, serta menjadi tauladan dan memberikan tausiah kepada anggota yang dipimpinnya, bukan mematikan ide dan kreatifitasnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di sekolah.
Lebih prihatin lagi pemipin di lingkungan sekolah buanyak tidak mengecam bangu organisasi, melainkan mengejar gelar kesarjanaan S 1 ketika kuliah.
Hal ini akan menimbulkan sosok pemimpin yang;
1. Ketakutan akan tindakan dan gerakan ( pengembangan ) anggotanya.
2. Otoriter dalam kepemimpinanya
3. Memimpin berdasarkan impiannya.

Seorang pendidik di manapun ia berada, dijenjang apapun ia bekerja ( bertugas ) swasta atau negripun tempat ia mengajar, akan dipengaruhi oleh watak dari pemimpin di atasnya.
Sistem kepemimpinan Indonesia banyak bersifat otoriter, yaitu selagi ia berkuasa maka sesuka hatinya ia bertindak( mengambil keputusan ...hehehe ini sebagian aja ...)
Hal ini akan tertular kepada aparatur di bawahnya.
Lebih prihatin lagi kebiasaan kita yaitu MENEKAN BAWAHAN, JUNIOR KITA di sekolah selagi ia menjabat dalam sesuatu kegiatan ataupun jabatan, posisi pemerintahan, maupun di lingkungan sekolah.
Saya menyarankan kepada para pemimpin bukan pemimpi di lembaga manapun, terutama sekolah, janganlah mematikan kaderisasi kepemimpinan, selagi itu bermanfaat, berguna demi pengembangan pendidikan, maka dukunglah. Apabila terdapat ketimpangan ataupun khilaf di urut titik permasalahannya,jangan sampai terjadi apa yang kita sepakati di dalam rapat, kita mentahkan kembali. Sungguh naif bagi kita semua.
KITA PENDIDIK MAKA DIDIK LAH LINGKUNGAN KITA KEPADA KEMAJUAN, BUKAN DENDAM PRIBADI YANG MENGAMBIL AHLI DARI KEPUTUSAN KITA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar