Jadi hampir dikatakan bahwa orang selalu memandang mutu pendidikan itu dari hasil belajar, pada hal mutu pendidikan menyangkut juga aspek - aspek lain dari pada kepribadian, misalnya makin tinggi jenjang pendidikan yang di laluinya bukanlah semakin tertib, dan semakin dewasa, melainkan suka melakukan tindakan - tindakan kriminal, seperti tawuran, pengeroyokan, narkoba dan tindakan - tindakan terlarang lainnya.
Masalah mutu pendidikan ini akan lebih kelihatan lagi apabila menyangkut pengetahuan umum yang seharusnya diketahui anak - anak, pengetahuan yang menyangkut kehidupan sehari - hari yang sederhana masih belum dimiliki anak - anak, hal ini lambat laun akan menunrunkan nilai mutu pendidikannya.
Pertanyaanya siapa yang harus disalahkan?
- Dalam mengawal proses pendidikan yang terjadi diruang lingkup pedidikan, pemangku kepentingan yang tertinggi tidak semena - mena merubah kebijakan yang telah di lakukan dalam pelaksanaan pendidikan yang berlangsung tanpa memikirkan dampak yang terjadi ketika kebijakan yang diputuskan akan berdampak kepada; siswa, manajemen dan materi yang berlangsng.
- Hendaklah apabila pergantian yang terjadi akibat pergantian pemimpin politik atau penguasa negara, tidak seketika itu juga mengganti proses atau sistem pendidikan yangtelah berjalan.
- Pikirkan mutu pendidikan di luar kota atau di desa - desa pedalaman yang tidak akan mungkin dapat bersaing dengan mutu sekolah yang ada di kota besar.
- Mohon pejabat pendidikan, pemangku kepentingan dalam pendidikan, dan politikus pendidikan tidak KORUPSI DANA PENDIDIKAN..INGAT ALLAH TIDAK TIDUR....
Kata Kunci/ keyword Terkait dengan artikel ini :
mutu pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, manajemen mutu pendidikan, penjaminan mutu pendidikan, mutu pendidikan indonesia, makalah mutu pendidikan, penjamin mutu pendidikan, mutu pendidikan di indonesia, jaminan mutu pendidikan, artikel mutu pendidikan, definisi mutu pendidikan, pengertian mutu pendidikan, makalah meningkatkan mutu pendidikan, upaya peningkatan mutu pendidikan, upaya meningkatkan mutu pendidikan, cara meningkatkan mutu pendidikan, standar mutu pendidikan, manajemen peningkatan mutu pendidikan, mutu pendidikan nasional, lembaga penjamin mutu pendidikan, rendahnya mutu pendidikan, masalah mutu pendidikan, proposal peningkatan mutu pendidikan, peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, konsep mutu pendidikan, mutu pelayanan pendidikan, peranan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, pengendalian mutu pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan di indonesia, peningkatan mutu pendidikan di indonesia, indikator mutu pendidikan, artikel peningkatan mutu pendidikan.
mutu pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, manajemen mutu pendidikan, penjaminan mutu pendidikan, mutu pendidikan indonesia, makalah mutu pendidikan, penjamin mutu pendidikan, mutu pendidikan di indonesia, jaminan mutu pendidikan, artikel mutu pendidikan, definisi mutu pendidikan, pengertian mutu pendidikan, makalah meningkatkan mutu pendidikan, upaya peningkatan mutu pendidikan, upaya meningkatkan mutu pendidikan, cara meningkatkan mutu pendidikan, standar mutu pendidikan, manajemen peningkatan mutu pendidikan, mutu pendidikan nasional, lembaga penjamin mutu pendidikan, rendahnya mutu pendidikan, masalah mutu pendidikan, proposal peningkatan mutu pendidikan, peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, konsep mutu pendidikan, mutu pelayanan pendidikan, peranan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan, pengendalian mutu pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan di indonesia, peningkatan mutu pendidikan di indonesia, indikator mutu pendidikan, artikel peningkatan mutu pendidikan.
kemajuan tak lepas dari dana dan kerja keras(jer basuki mawa bea = jawa timur)
BalasHapussampai sekarang dana-dana pendidikan mudah sekali di belokkan oleh (oknum) kepsek, kadis, proyek dll, karena guru dinilai tidak akan berani protes dan guru juga dinilai sekumpulan orang nurut ( mungkin bodoh jua)...melalui kita tunjukkan bahwa guru itu ...tidak seperti yang mereka bayangkan
Terima Kasih atas masukannya..Semoga ini tidak menjadi darah daging di dalam tubuh se orang Guru dan intropeksi bagi diri kita..Salam dari Pak guru Di Medan..
BalasHapusbetul yang namanya pola pendidikan yang akhirnya diturunkan menjadi kurikulum itu harusnya sudah melalui riset yang panjang. Jadi gak bisa tiap ganti menteri pola pengajarannya beda. Mosok iya, para murid terus dijadikan kelinci percobaan pencarian metode yang tepat?
BalasHapusSetuju mas...eh bu..seh mbak ( habis gak ada identitas )...mau dibawa kemana pendidikan Indonesia ini, dulu negara jiran belajar ke kita..sekarang kita belajar ke dia....
BalasHapusHahahahaha ..
BalasHapus[OOT]saya mrasa tergelitik dengan poin trakhir untuk "Pertanyaannya siapa yang harus disalahkan?"
--sebelumnya, saya juga pernah menjadi pengajar (walaupun bukan guru)--
dari pengalaman saya, ada juga beberapa pengajar yg saya lihat/rasa tidak memahami betul tentang apa yg diajarkannya.
itu masih sekelumit kecil, belum lagi tentang metode pengajarannya --yg bagi saya-- kurang tepat.
saya bukan "memojokkan" pengajar/guru.
dalam beberapa kesempatan, saya juga menyampaikan pemikiran saya tentang kwalitas guru kepada beberapa "petinggi" universitas/yayasan/pemerintahan --yg saya kenal tentunya--
saya pikir lulusan untuk pengajar harusnya memiliki kwalitas yang baik.
krna bagaimana sang pengajar menghasilkan kwalitas lulusan yg baik,
jika diri sendiri tidak memiliki kwalitas yg baik ..
Terimakasih sebelumnya mas...inilah yang membuat atau menginspirasikan saya untuk menulis hal di atas.banyak guru yang mengajar di sekolah hanya melepas kewajibannya di sekolah ( seolah2 bekerja dengan Dinas kalau dia PNS, atau dengan Sosok Yayasan Kalau dia Yayasan sekolah ) bukan bekerja kepada institusinya, makanya mereka mengajar hanya sekedar mengajar. sekali lagi terima kasih.
BalasHapusSama-sama pak ..
BalasHapusOh ya, saya juga pernah utarakan pak,
bagaimana jika pada penerimaan guru/pengajar, diadakan test psikologi
sehingga yang menjadi guru/pengajar benar2 seorang "pengajar", bukan yang "kurang diajar"..
berkaca dari kejadian2 di beberapa tempat --Tapanuli, Tanjung Balai, dan banyak lagi.-- bahwa semakin banyaknya guru yang tidak berkelakuan seperti guru ..
Ikutan komentar laah...sekalian blogg walking..bagaimana mungkin guru jaman sekarang mau kompeten pak... di Lampung mau jadi guru PNS tarifnya aja mencapai 125-150 juta. Maka yang jadi guru kebanyakan istri-istri pejabat, anak-anak pejabat, kroni-kroni pejabat dan mereka-mereka yang punya duit banyak Kuliah S.1 cukup dengan setahun tamat, Akta mengajar juga diperoleh dengan duit. Wal hasil tiga orang guru baru di sekolah saya sama sekali tidak punya modal pedagogik, modal pengetahuan apalagi kreatifitas mengajar.
BalasHapussama mas kita disini...ujian CPNS hanya kedok aja mas...
BalasHapus