Kemaren ( tepatnya tanggal 07052011 ), ada hal yang sangat mencolok saya dalam pameran pendidikan yang di selenggarakan oleh DINAS PENDIDIKAN SUMATERA UTARA. Ada apa ?
Hal yang sangat saya sayangkan dalam kegiatan akbar tersebut terkesan mubajir ( membuang - buang anggaran )tapi lupakanlah niat kotor mereka, yang sangat membuat saya terpana adalah salah satu stand yang di adakan oleh USAID Indonesia Mitra Pendidikan.
Banyak yang ditawarkan oleh mereka dan menjadi nilai tambah pada dunia pendidikan Indonesia yang sangat mementingkan perut sendiri. Apa itu? Perhatikan..
Hal yang sangat saya sayangkan dalam kegiatan akbar tersebut terkesan mubajir ( membuang - buang anggaran )tapi lupakanlah niat kotor mereka, yang sangat membuat saya terpana adalah salah satu stand yang di adakan oleh USAID Indonesia Mitra Pendidikan.
Banyak yang ditawarkan oleh mereka dan menjadi nilai tambah pada dunia pendidikan Indonesia yang sangat mementingkan perut sendiri. Apa itu? Perhatikan..
Program Desentralisasi Pendidikan Dasar ialah program kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat. Program ini merupakan payung kerjasama antara Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) dan USAID. Tujuan dari program ini ialah peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia melalui tiga komponen kegiatan yang saling berintegrasi, yaitu: 1) desentralisasi manajemen dan tata pelayanan pendidikan yang lebih efektif (DBE1), 2) peningkatan kualitas belajar mengajar (DBE2), serta 3) peningkatan relevansi pendidikan menengah dan pendidikan luar sekolah melalui kecakapan hidup dan keterampilan vokasional (DBE3).
Area yang dicakup Program Desentralisasi Pendidikan Dasar USAID/Indonesia (Program DBE) ialah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Program ini berlangsung mulai tahun 2005 sampai 2010 dan diharapkan akan membantu meningkatkan pendidikan untuk lebih dari 2.400 sekolah dan lebih dari 250 ribu siswa di 100 kabupaten/kota. Program DBE tersusun atas 3 komponen, yaitu DBE1, DBE2, dan DBE3.
DBE1 - Desentralisasi Manajemen dan Tata Pelayanan Pendidikan yang Lebih Efektif
Fokus dari DBE1 ialah peningkatan kapasitas manajemen dan tata pelayanan pendidikan daerah. Kegiatan dari DBE1 diantaranya mencakup: 1) peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam mengelola pendidikan dasar secara efektif, 2) penguatan tata pelayanan pendidikan dari institusi terkait, 3) peningkatan pemanfaatan sumberdaya informasi untuk meningkatkan manajemen dan tata pelayanan pendidikan, 4) diseminasi hasil program DBE termasuk aliansi publik-swasta dan replikasi contoh yang patut ditiru.
DBE2 - Peningkatan Kualitas Belajar Mengajar
Secara prinsip, target DBE2 diberikan untuk masyarakat dan sekolah yang kurang beruntung, para guru, siswa, serta proses pembelajaran yang kreatif. Kegiatan DBE2 mencakup training berbasis gugus, lingkungan pembelajaran yang aktif dan partisipatif, pengkajian performa pendidikan, serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Peningkatan Relevansi Pendidikan Menengah dan Pendidikan Luar Sekolah melalui Kecakapan Hidup
DBE 3 bekerja sama dengan sekolah menengah pertama (baik umum maupun berbasis agama), pusat-pusat pendidikan non-formal, LSM serta pemerintah di tingkat nasional dan daerah untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar dan mengembangkan kecakapan hidup yang sesuai bagi murid-murid SMP dan remaja putus sekolah di bawah usia 18 tahun. Ketrampilan-ketrampilan ini diharapkan dapat menyiapkan remaja untuk pendidikan berkelanjutan, memasuki dunia kerja serta berpartisipasi dalam bidang pengembangan masyarakat. Kegiatan-kegiatan program DBE 3 mengajak partisipasi masyarakat dan sektor swasta serta berfokus pada pengembangan kecakapan hidup melalui kurikulum nasional; pengembangan ketrampilan teknis melalui kegiatan ekstrakurikular; penurunan angka remaja putus sekolah melalui peningkatan tingkat transisi dan kelulusan di sekolah menengah pertama; peningkatan kualitas pendidikan non-formal dengan menyusun pendekatan-pendekatan yang meningkatkan manajemen lembaga pendidikan non-formal serta mengusahakan agar materi pelajaran pendidikan non-formal lebih sesuai dengan lapangan kerja setempat.
persoalan yang juga laik mendapat perhatian adalah 'budaya.'
BalasHapusyang dimaksud dengan budaya tersebut ialah minimnya pemahaman praktik yang akan menyeimbangkan pengajaran teori bagi para siswa yang menuntut ilmu pengetahuan. upaya ini juga akan membuka seluas-luasnya cakrawala fikiran siswa agar tidak terpekur mencanangkan cita-cita hanya sebagai dokter, pengusaha, utamanya amat berambisi menjadi PNS tanpa tahu esensi profesi dan menyenanginya.
Ananta.
Setuju abangda....hehehe....
BalasHapus