Manajemen Lembaga dan
Manajemen Pembelajaran Berkaitan Dengan Pendidikan Agama Islam di SMA dan SMK
a. Manajemen lembaga
Tujuan
penyelenggaraan pendidikan menengah umum (SMU) dan (SMK) adalah untuk
mempersiapkan peserta didik dalam menuju pendidikan tinggi, karena itu
fungsinya lebih pada penyiapan siswa dalam kerangka akademik serta dasar–dasar
pengetahuan sebagai landasan kuat untuk tumbuhnya sikap dan moral sebagai
ilmuan[1].
Dalam Islam, pendidikan berasal dari
kata “tarbiyah” dan bahasa berasal dari bahasa Arab[2], merupakan
proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,
masyarakat dan alam sekitarnya; proses tersebut dilakukan melalui pendidikan
sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi asasi
dalam masyarakat.
Manajemen
menurut Mary Parker Follet " The
art of Getting things Done Through People" yang artinya adalah sebagai
proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumberdaya manusia dan material
secara efisien. Manajemen yang berkenaan dengan pendayaan, sebagai contohnya di
sekolah, hal ini tentunya menjadi alternative yang paling tepat untuk
mewujudkan sekolah yang mandiri dan memiliki keunggulan tinggi.[3]Manajemen
berasal dari kata " managio" yaitu pengurusan atau "managiare"
dalam artian usaha melatih dan mengatur langkah-langkah. Biasanya,
manajemen diartikan sebagai ilmu, kiat,
dan profesi.[4]
Menurut Dale, struktur itu adalah mekanisme organisasi. Pada struktur itulah
ditemukan apa yang harus dikerjakan setiap personalia organisasi dan akan terlihat jelas implementasinya dalam kegiatan-kegiatan
sehari-hari. Manajemen dalam prinsifnya adalah integrasi dan penerapan ilmu
serta pendekatan analisa yang dikembangkan oleh berbagai disiplin ilmu. Tiap organisasi
ataupun lembaga memerlukan pengambilan keputusan, pengorganisasian aktivitas,
penanganan manusia, pembagian tugas dan
wewenang, evaluasi prestasi yang mengarah kepada sasaran kelompok yang semuanya
ini sebagai aktivitas manajemen. Inti dari manajemen itu sendiri adalah leadership
yaitu kemampuan untuk menggerakkan orang-orang untuk mengikuti pemimpin.
Sebagaimana falsafah managemen mengatakan bahwa suatu keseluruhan atau
pengetahuan dan kepercayaan yang merupakan dasar yang luas guna
mendeterminasikan pemecahan-pemecahan sejumlah problema dalam sebuah lembaga
organisasi.
·
Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah
Sesuai dengan
aspirasi berbagai kalangan masyarakat, maka proses pembentukan lembaga pembantu
di sekolah, maka dengan hadirnya Dewan pendidikan dan Komite Sekolah akan
membantu pensosialisasian program dengan perencanaan yang matang. Agar program
sosialisasi dapat dilaksanakan di sekolah.[5]
Keberadaan
Dewan Pendidikan harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, kehadirannya
harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Adapun
peran yang dijalankannya sebagai berikut.
- Pemberi
pertimbangan (advisory body) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan.
- Pendukung
(supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun
tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan.
- Pengontrol
(controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan.
- Mediator
antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif)
dengan masyarakat.
b.
Manajemen Pembelajaran
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa manajemen
sangat perlu dan menentukan dalam proses belajar dan mengajar. Kenyataan
tersebut tentunya menunjukkan bagi kita bahwa peran managemen semakin
diperhitungkan dalam membangun pendidikan yang bermutu disekolah. Pendidikan
dan latihan selalu cenderung lebih tergantung pada penemuan sains dan oleh
karena proses ajar-mengajar telah ditekankan penting seni dan keterampilan.
Secara tradisional, organisasi dipandang sebagai cara mengatur sumber-sumber
untuk mencapai sejumlah tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, untuk menentukan tujuan pembelajaran
sangat perlu diketahui bagaimana sebenarnya bentuk-bentuk prinsif dalam belajar
yang diantaranya adalah :
- Hal apapun yang dipelajari
oleh murid, maka ia harus mempelajari sendiri; dan tidak ada seorang pun
dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya
- Setiap murid
belajar menurut tempo (kecepatan)nya
sendiri, dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan
belajar
- Seorang murid
belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement)
- Penguasaan secara
penuh dari setiap langkah memungkin belajar secara keseluruhan lebih
berarti
- Apabila murid
diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia harus lebih
termotivasikan untuk belajar, dan menginagi secara baik.
Sehubungan dengan waktu yang ditetapkan dan kemampuan
guru sebagai pengelola selalu terbatas, maka para tenaga pengajar sedapat
mungkin mengkonsentrasikan terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan meniadakan
peranannya yang unik dalam pengoraganisasian sebagai pengelola sumber belajar.
Dengan demikian dimungkin untuk mengisolasikan dan mengidentifikasikan empat
fungsi umum yang merupakan ciri pekerjaan tenaga pengajar sebagai manager yang
dianataranya adalah :
- Merencanakan, ini
adalah pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan belajar.
- Mengorganisasikan,
guru berperan untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar,
sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang lebih efektif, efisien dan ekonomis.
- Memimpin, guru
bertugas sebagai motivator untuk mendorong dan menstimulisasikan
murid-muridnya sehingga dapat siap untuk mewujukan tujuan belajar
- Mengawasi, guru
bertugas untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengoranisasikan dan
memimpin untuk mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum
dapat dicapai, maka guru harus menilai dan mengatur kembali situasi dan
bukan mengubah tujuannya. [6]
Gambar skema : Empat fungsi "guru-mamajer
dan " training-manajer" yang saling berhubungan.
Menurut Harjanto, perencanaan yang komfrenshif dapat
diperoleh, maka seyogianya dilaksanakan dalam 6 (enam) tahaf proses yaitu :Pertama, tahap perencanan
meliputi menciptakan,mengadakan badan atau bagian yangbertugas dalam
melaksanakan fungsi perencanaan, menetapkan prosedur perencanaan, mengadakan
reorganisasi struktural internal administrasi agar dapat berpartisipasi dalam
proses perencanaan serta proses implementasinya dan menetapkan mekanisme serta
prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisa data yang dipergunakan dalam
perencanaan. Kedua, tahap perencanaan awal yang terdiri dari
aktivitas-aktivitas: (1) Tahap diagnosis yang merupakan membandingkan out
put yang diharapkan dengan apa yang telah dicapai sekarang. Tahap ini
bertujuan mengetahui apakah rencana telah terlaksana memadai dan relvan. (2) Tahap
formulasi rencana, merupakan kebijakan yang memberikan arah kepada upaya memperbaiki
kelemahan dan kekurangan suatu rencana. Kebijakan itu perlu dirumuskan secara
rinci sehingga merupakan kerangka dasar dalam membuat keputusan yang lebih
kecil dan lebih terperinci. Kegiatan merumuskan kebijakan itu dengan menamai
formulasi kebijakan dan merupakan fungsi politisi dari mereka yang berwenang
dalam organisasi (3)Penilaian kebutuhan merupakan tindak lanjut sesudah
kebijakan ditetapkan[7]
C. Metode-metode
Pembelajaran pendidikan Islam di SMU & SMK
1. Metode Ceramah
Pengertian dari metode ini yaitu cara menyampaikan
suatu pembelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak
didik. Ciri yang menonjol dalam meode ceramah, dalam pelaksanaan pengajaran di
Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah peranan
guru tampak sangat dominant ketika menyampaikan bahan-bahan pelajaran,
penguasaan kelas, mengorganisasikan kegaitan-kegiatan pembelajaran.
2. Metode Diskusi atau Musyawarah
Metode diskusi merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan dalam menyelesaikan masalah, yang mungkin menyangkut kepentingan
bersama, dengan jalan musyawarah untuk mufakat memperluas pengetahuan dan
cakrawala pemikiran. Sedangkan metode diskusi yaitu cara bagaimana menyajikan
bahan pelajaran melalui proses pemeriksaan dengan teliti terhadap suatu masalah
tertentu dengan jalan bertukar pikiran, dan memeriksa dengan teliti hubungan
yang terdapat dalam setiap masalah yang sedang dibahas. Kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan membiasakan anak didik untuk mencari jawaban yang benar dan
setepat-tepatnya.
3. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Melalui metode ini anak didik akan diperkenalkan dengan
alat-lalat peraga (memeragakan), untuk memperjelas suatu pengertian, atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan dan jalannya suatu proses pembutan sesuatu
kepada siswa. Metode demostrasi ini dapat dilakukan ketika menyampaikan
pelajaran seperti, fiqh ( belajar tata cara berwu'dhu, sembahyang dan lain
sebagainya). Sedangkan metode eksperimen
dapat menjelaskan dan menentukan kadar tanah yang akan dipakai ketika
melaksanakan tayammum.
4. Metode Sosiodrama dan Bermain Peranan ( Role
Playing Methode)
Sosiodrama merupakan metode mengajar dengan jalan
mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode
bermain peranan, titik tekannya terletak pada keterliban emosional dan
penagatan panca indera ke dalam suatu masalah yang secara nyata dihadapi.
Metode ini dipakai di SMU dan SMK dikarena perlunya melatih dan menanamkan
kesetiakawanan dan rasa tanggung-jawab terhadap siswa ketika siswa mendapat
persoalan dan masalah secara pribadi ataupun ketika bekelompok.
5. Metode Kelompok Kerja
Pemakaian metode ini
dilaksanakan dalam kelompok kerja siswa yaitu dengan menyajikan materi dimana
guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk
menyelesaikan tugas yang telah ditentukan dengan cara bersama-sama dan
bergotong-royong. Metode ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kebersamaan
siswa dan rasa toleransi serta menumbuhkan rasa percaya diri ketika mengapresiasiakan
kemampuan diantara kelompoknya.[8]
F. Keterkaitan Manajemen
Lembaga dan Manajemen Pembelajaran dengan pendidikan Islam di SMU dan SMK
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa manajemen
sangat berperan penting dalam menata dan mengorganisasikan program-program
dalam sekolah sehingga target yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Penerapan
manajemen dengan strategis diformulasikan dengan (1) menetapkan tugas utama
yang dengan melibatkan perangkat-perangkat sekolah (2) melakukan assessment lingkungan
sekolah yaitu dengan memperhatikan kondisi yang terjadi dan
kemungkinan-kemungkinan perubahan yang akan terjadi termasuk perkembangan organisatoris.
(3) Menetapkan arah dan sasaran[9] .
Melihat melihat uraian tentang manajemen dan lembaga
keorganisasian di sekolah, seperti sekolah menengah Umum ( SMK) dan sekolah
menengah kejuruan (SMK) nampak jelas bahwa adanya keterikatan dan hubungan
antara manajemen lembaga dan pembelajaran pendidikan Islam di SMU dan SMK. Hal
tersebut dapat dilihat pada :
- Visi Pembelajaran[10]
- Misi Pembelajaran
- Tujuan Pembelajaran
Melihat 3 (tiga) tujuan pendidikan tersebut dan sesuai
dengan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD
tahun 1945 pasal 3 tentang pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap,kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta
bertanggungjawab.[11]Kemudian
diterangkan kembali pada pasal 12 Bab V bahwa setiap peserta didik pada satuan
pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan sesuai dengan pendidikan yang beragama.
Pendidikan agama Islam yang diajarkan disekolah
sebagaimana dengan keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan bahwa di
sekolah-sekolah negeripendidikan agama Islam diajar selama 120 menit (2 jam)
dalam setiap minggu[12].
Dari berbagai uraikan diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam pendidikan nasional telah dimanajemen, baik secara lembaga dan
pembelajaran tentang menempatkan pendidikan agama Islam di sekolah SMU dan SMK
juga sekolah-sekolah yang sederajatnya. Pendidikan dan pembelajaran di sekolah
SMU dan SMK disesuaikan dengan agama dan kepercayaan masing-masing para siswa.
Daftar Pustaka
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi
Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia .Jakarta: Prenada Media, 2003
Depertemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia ,Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2003:
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta, 2003
Haidar Putra Daulay,Pendidikan Islam: Dalam Sistem
Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta :Kencana,
2005
Harjanto,Perencanaan pengajaran: Komponen MKDK
Materi Disesuaikan dengan Silabi Kurikulum Nasional IAIN(Jakarta :rineka Cipta, 2005
Ivor K. Davies,Pengelolaan Belajar: Seri
Pustaka Teknologi Pendidikan No.8 .Jakarta:
Rajwali Pers, 1986
Syaiful Sagala,manajemen Strategik dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan:Membuka rungan kreativitas, inovasi dan perdayaan potensi
sekolah dalam system otonomi sekolah.Bandung:ALPABETA, 2006
_______Administrasi
Pendidikan Kontemporer.bandung :AlPABETA, 2005
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwat,Metodologi Mengajar
Agama dan Bahasa Arab(Jakarta :Raja
Grafindo Persada, 1995
www.Google.Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Jalan R.S. Fatmawati,
Cipete - PO.BOX
12001 , Jakarta
Selatan
______depdiknas
[2]Dalam literatur Arab,
selain istilah tarbiyah juga terdapat istilah-istilah ta’dib, ta’lim, tadris, tadzkiyah dan
tadzkirah. Secara keseluruhan, semua istilah tersebut menghimpun seluruh
kegiatan yang terdapat dalam pendidikan, yaitu membina, memelihara,
mengajarkan, menyucikan jiwa dan mengingatkan manusia terhadap hal-hal yang
baik. Lebih lanjut lihat Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi
Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta : Prenada Media, 2003), h. 9.
[3]Syaiful Sagala,manajemen
Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan:Membuka rungan kreativitas,
inovasi dan perdayaan potensi sekolah dalam system otonomi sekolah(Bandung :ALPABETA,
2006),h.48
[6]Ivor K. Davies,Pengelolaan Belajar: Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No.8 (Jakarta: Rajwali
Pers, 1986),h.35-36
[7]Harjanto,Perencanaan
pengajaran: Komponen MKDK Materi Disesuaikan dengan Silabi Kurikulum
Nasional IAIN(Jakarta:rineka Cipta, 2005),h.17.Kebijakan yang ditetapakan tersebut meliputi (a) Jumlah orang yang perlu
mendapatkan layanan dlam merencanakan syarat-syarat kualitatifnya (b) Jumlah
dan besarnya lembaga atau program yang diperlukan; (c) Jumlah, kompensasi dan
syarat pekerjaan dari seorang yang akan mengorganisasikan dan melaksanakan
rencana tersebut (d) jumlah dan kualitas bahan, sarana dan alat-alat yang
diperlukan (e)Jumlah dan kulaitas mobilier dan alat-alat lainnya (f)jumlah dana
yang perlukan untuk haji, upah dan beasiswa (g) jumlah dan kualitas laying
pendukung dan sebagaimanya. Pada tahap ini, perencanaan baru pada tiap tahap
investarisasi sumber manusia dan material yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan yang ada. Dalam perhitungan biaya, berdasarkan data biaya tahun
sebelumnya, tiap butir kebutuhan dihitung biayanya dengan memperhitungkan fluktuasi kerja. Jika perhitungan biaya telah
selesai, perencanaan dapat mengetahui, jumlah keseluhan biaya yang dibutuhkan
untuk keseluruhan program. Penentuan target, merupakan aktivitas perencanaan untuk
mengkaji dan meneliti kebutuhan yang telah diidentifikasikan dan menetapkan
prioritas program serta menetapkan tingkat pencapaian yang realistic dari
tujuan yang ditetapkan
[8]Tayar Yusuf dan Syaiful
Anwat,Metodologi Mengajar Agama dan Bahasa Arab(Jakarta:Raja Grafindo
Persada, 1995),41-58. (6) Metode Tanya jawad yaitu : suatu cara menyamapaikan
materi pelajaran dengan jalan guru mengajukan suatu pertanyan-pertanyaan kepada
siswa untuk dijawab atau siswa boleh memberikan pertanyaan kepada siswa lainnya
dan guru akan mengarahkannya apabila pertanyaan tidak tepat sasaran. (7) Metode
Latihan siap (drill) pengertiannya sering dikacaukan dengan istilah
"ulangan". Padahal maksudnya keduanya berbeda. Latihan siap
simaksudkan agar pengetahuan kecakapan siswa tertentu dapat menjadi miliknya
dan betul-betul dikuasai oleh siswa. (8)Metode pemberian tugas (resitasi) yaitu
siswa mengutip atau mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran itu dari
buku-buku tertentu, kemudian siswa belajar dan berlatih sendiri sampai siswa menyelesaikan
tugasnya. Metode ini sering dikenal dengan istilah PR (pekerjaan rumah) (9)
Sistem regu (team teaching) yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dimana dua
orang guru atau lebih bekerjasama untuk mengajar suatu kelompok siswa (10)
Metode insersi (sisipan) merupakan metode yang baru diperkenalkan dengan
menyajikan bahan atau materi pelajaran dengan cara;inti sari ajaran-ajaran
Islam atau jiwa agama/emosi religius disisipkan di dalam mata pelajaran umum
(11) Metode Menyelubung atau membungkus dengan cara menyajikan bahan/materi
pelajaran agama atau hikmah keimanan dan sebagainya, sengaja dibungkus atau
diselubungi dengan bentuk lain, misalnya kisah cerita atau dengan ilmu lain
seperti sejarah, ilmu sekuler
[10]Syaiful Sagala, Administrasi
Pendidikan Kontemporer(bandung:AlPABETA, 2005),h.126Menurut Osborme dan
Gaebler reinventing pemerintahan wirausaha tentang tekhnis manajemen
pembelajaran disekolah yaitu : Mengarahkan ketimbang mengayuh, memberi wewenang
ketimbang melayani, memotivasi persaingan kedalam bentuk pelayanan,
pemerintahan yang dengan berbagai misi, pemerintahan yang berorientasi kepada
hasil, memenuhi kebutuhan peserta didik bukan hanya peserta didik, menghasilkan
dan bukan membelanjakan, mengantisivasi, mengangkat perubahan melalui pasar
untuk memenuhi dan mengikuti berbagai perubahan
[11]Depertemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia ,Undang Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2003: Tentang Sistem Pendidikan Nasional(Jakarta , 2003),h.8
[12]Haidar Putra Daulay,Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia (Jakarta :Kencana,
2005),h.38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar