MANAJEMEN
MUTU
DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Pengertian
Mutu Pendidikan
Secara umum,
mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang
tersirat. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mencakup input, proses,
dan output pendidikan.
Input
pendidikan adalah segala sesuatu yang harus
tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud
berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi
berlangsunnya proses. Input sumber daya meliputi sumberdaya manusia
(kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumberdaya
selebihnya (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb.).
Input perangkat lunak meliputi struktur
organisasi sekolah, peraturan perundangundangan, deskripsi tugas, rencana,
program, dsb. Input harapan-harapan
berupa visi, misi, tujuan, dan
sasaran- sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat
diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi
rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input.
Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input
tersebut.
Proses
Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi
sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses
disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam
pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah
proses pengambilan keputusan, proses yang dimaksud adalah proses pengembilan keputusan,
proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar
mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses
belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi disbanding dengan proses- proses
lainnya.
Proses
dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian
serta pemaduan input sekolah
(guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dsb) dilakukan secara harmonis,
sehingganya mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable
learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar
mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdaykan mengandung arti bahwa
peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya,
akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta
didik, dihayati, diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagi peserta
didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan
dirinya).
Output
pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah.
Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku
sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya,
produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan
moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat
dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi
jika prestasi sekolah, khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian
yang tinggi dalam :
(1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan
umum EBTA, EBTANAS, karya ilmiah, lomba akademik, dan
(2) prestasi
non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesnian,
keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah
dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses)
seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
1. Latar Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek
kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali
dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat
bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia
ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam
persaingan global, maka sebagai
bangsa kita perlu terus
mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena
itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus
dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses
pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era
globalisasi tersebut.
Ada
dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu
pendidikan selama ini kurang atau
tidak berhasil. Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih
bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada
asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan
buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan,
pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan
( sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana
yang diharapkan. Ternyata strategi input-output yang diperkenalkan oleh teori
education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya
di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi
ekonomi dan industri. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih
bersifat macro-oriented,diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat.
Akibatnya, banyak factor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak
terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah).
Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan,
seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
2. Tujuan
Konsep
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini ditulis dengan tujuan;
- Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah khususnya kepada masyarakat.
- Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat diimplentasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman kultural, sosioekonomi masyarakat dan kompleksitas geografisnya.
- Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu yang peduli terhadap pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.
- Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berpikir mengenai peningkatan mutu pendidikan/pada sekolah masing - masing.
- Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta secara aktif dan dinamis dalam mensukseskan peningkatan mutu pendidikan.
- Memotivasi timbulnya pemikiran - pemikiran baru dalam mensukseskan pembangunan pendidikan dari individu dan masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan dalam proses pembangunan tersebut.
- Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus menerus) pada tataran sekolah.
- Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap sekolah harus dirumuskan dengan jelas dan dengan target mutu yang harus dicapai setiap tahun. 5 tahun,dst,sehingga tercapai misi sekolah kedepan.
Beberapa
indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain
sebagai berikut;
- Lingkungan sekolah yang aman dan tertib,
- Sekolah memilki misi dan target mutu yang ingin dicapai,
- Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat,
- Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi,
- Adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK,
- Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu.
- Adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid / masyarakat.
Pengembangan
konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan sekolah dan
masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan
keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah
ditentukan oleh pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut
adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala
sekolah, guru dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan masyarakat
dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan
monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan dengan
didukung oleh pengelolaan sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir
dari semua itu ditujukan kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkan
pendidikan yang berkualitas/bermutu bagi masyarakat.
Kerangka kerja dalam manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah
Dalam
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini diharapkan Sekolah dapat
bekerja dalam koridor - koridor tertentu antara lain sebagai berikut ;
1. Sumber daya sekolah harus mempunyai
fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan
setempat. Selain pembiayaan operasional/administrasi, pengelolaan keuangan
harus ditujukan untuk :
- Memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalolasikan dana sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu.
- Pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya, dan (iii) pengurangan kebutuhan birokrasi pusat.
2. Pertanggung-jawaban
(accountability); sekolah dituntut untuk memilki akuntabilitas baik kepada
masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitment
terhadap standar keberhasilan dan harapan/tuntutan orang tua/masyarakat.
Pertanggung-jawaban (accountability) ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana
masyarakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan informasi
mengenai apa yang sudah dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah harus memberikan
laporan pertanggung-jawaban dan mengkomunikasikannya kepada orang
tua/masyarakat dan pemerintah, dan melaksanakan kaji ulang secara komprehensif
terhadap pelaksanaan program prioritas sekolah dalam proses peningkatan mutu.
3. Kurikulum; berdasarkan
kurikulum standar yang telah ditentukan secara nasional, sekolah bertanggung
jawab untuk mengembangkan kurikulum baik dari standar materi (content) dan
proses penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut ada mafaat dan
relevansinya terhadap siswa, sekolah harus menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan melibatkan semua indera dan lapisan otak serta menciptakan tantangan
agar siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan menguasai ilmu
pengetahuan, terampil, memilliki sikap arif dan bijaksana, karakter dan
memiliki kematangan emosional. Ada
tiga hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini yaitu;
- pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan siswa.
- bagaimana mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin secara efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber daya yang ada.
- pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengatur perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah.
Untuk melihat
progres pencapain kurikulum, siswa harus dinilai melalui proses test yang
dibuat sesuai dengan standar nasional dan mencakup berbagai aspek kognitif,
affektif dan psikomotor maupun aspek psikologi lainnya. Proses ini akan
memberikan masukan ulang secara obyektif kepada orang tua mengenai anak mereka
(siswa) dan kepada sekolah yang bersangkutan maupun sekolah lainnya mengenai
performan sekolah sehubungan dengan proses peningkatan mutu pendidikan.
4. Personil sekolah;
sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses rekrutmen (dalam arti
penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah
(kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf lainnya). Sementara itu
pembinaan profesional dalam rangka pembangunan kapasitas/kemampuan kepala
sekolah dan pembinaan keterampilan guru dalam pengimplementasian kurikulum termasuk
staf kependidikan lainnya dilakukan secara terus menerus atas inisiatif
sekolah. Untuk itu birokrasi di luar sekolah berperan untuk menyediakan wadah
dan instrumen pendukung. Dalam konteks ini pengembangan profesioanl harus
menunjang peningkatan mutu dan pengharhaan terhadap prestasi perlu
dikembangkan. Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah memberikan kewenangan
kepada sekolah untuk mengkontrol sumber daya manusia, fleksibilitas dalam merespon
kebutuhan masyarakat, misalnya pengangkatan tenaga honorer untuk keterampilan
yang khas, atau muatan lokal. Demikian pula mengirim guru untuk berlatih di
institusi yang dianggap tepat.
Jelaslah bahwa konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
ini membawa isu desentralisasi dalam manajemen (pengelolaan) pendidikan dimana
birokrasi pusat bukan lagi sebagai penentu semua kebijakan makro maupun mikro,
tetapi hanya berperan sebagai penentu kebijakan makro, prioritas pembangunan,
dan standar secara keseluruhan melalui sistem monitoring dan pengendalian mutu.
Konsep ini sebenarnya lebih memfokuskan diri kepada tanggung jawab
individu sekolah dan masyarakat pendukungnya untuk merancang mutu yang
diinginkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya, dan secara terus menerus menyempurnakan
dirinya. Semua upaya dalam pengimplementasian manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah ini harus berakhir kepada peningkatan mutu siswa (lulusan).
Sementara itu pendanaan walaupun dianggap penting dalam perspektif
proses perencanaan dimana tujuan ditentukan, kebutuhan diindentifikasikan,
kebijakan diformulasikan dan prioritas ditentukan, serta sumber daya
dialokasikan, tetapi fokus perubahan kepada bentuk pengelolaan yang
mengekspresikan diri secara benar kepada tujuan akhir yaitu mutu pendidikan
dimana berbagai kebutuhan siswa untuk belajar terpenuhi.
Untuk itu dengan memperhatikan kondisi geografik dan sosiekonomik
masyarakat, maka sumber daya dialokasikan dan didistribusikan kepada sekolah
dan pemanfaatannya dipercayakan kepada sekolah sesuai dengan perencanaan dan
prioritas yang telah ditentukan oleh sekolah tersebut dan dengan dukungan
masyarakat.
Pedoman pelaksanaan peningkatan mutu kalaupun ada hanya bersifat
umum yang memberikan rambu-rambu mengenai apa-apa yang boleh/tidak boleh
dilakukan.
Secara singkat dapat ditegaskan bahwa akhir dari itu semua bermuara
kepada mutu pendidikan. Oleh karena itu sekolah-sekolah harus berjuang untuk
menjadi pusat mutu (center for excellence) dan ini mendorong masing-masing
sekolah agar dapat menentukan visi dan misi nya utnuk mempersiapkan dan
memenuhi kebutuhan masa depan siswanya.
Strategi pelaksanan di tingkat
sekolah
Dalam rangka
mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah
ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru dan
staf lainnya termasuk institusi yang memliki kepedulian terhadap pendidikan
sekolah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :
- Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan keuangan.
- Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa kekuatan dan kelemahan mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
- Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
- Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka pendek (tahunan termasuk anggarannnya. Program tersebut memuat sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup indicator atau target mutu apa yang akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu pendidikan (misalnya kenaikan NEM ratarata dalam prosentase tertentu, perolehan prestasi dalam bidang keterampilan, olah raga, dsb).
Program sekolah yang disusun bersama-sama antara sekolah, orang tua
dan masyarakat ini sifatnya unik dan dimungkinkan berbeda antara satu sekolah
dan sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat. Karena fokus kita dalam mengimplementasian konsep manajemen ini
adalah mutu siswa, maka program yang disusun harus mendukung pengembangan
kurikulum dengan memperhatikan kurikulum nasional yang telah ditetapkan,
langkah untuk menyampaikannya di dalam proses pembelajaran dan siapa yang akan
menyampaikannya.
Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam
kegiatan ini adalah kondisi alamiah total sumber daya yang tersedia dan
prioritas untuk melaksankan program. Oleh karena itu, sehubungan dengan
keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu lebih penting dari
program lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini
mendorong sekolah untuk menentukan skala prioritas dalam melaksanakan program
tersebut. Seringkali prioritas ini dikaitkan dengan pengadaan preralatan bukan
kepada output pembelajaran.
Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep
manajemen tersebut sekolah harus membuat skala prioritas yang mengacu kepada
program-program pembelajaran bagi siswa. Sementara persetujuan dari proses
pendanaan harus bukan semata-mata berdasarkan pertimbangan keuangan melainkan
harus merefleksikan kebijakan dan prioritas tersebut. Anggaran harus jelas
terkait dengan program yang mendukung pencapaian target mutu. Hal ini
memungkinkan terjadinya perubahan pada perencanaan sebelum sejumlah program dan
pendanaan disetujui atau ditetapkan.
- Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun program sekolah, oleh karena itu sekolah harus membuat strategi perencanaan dan pengembangan jangka panjang melalui identifikasi kunci kebijakan dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan esensial, yaitu : (i) mampu mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah sebagai hasil dari kontribusi berbagai program sekolah dalam periode satu tahun, dan (ii) keberadaan dan kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan guru dan staf lain yang berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena perubahan tersebut dirasakan harus melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun perubahan besar diperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa, tetapi mereka disediakan waktu yang representatif untuk melaksanakannya, sementara urutan dan logika pengembangan telah juga disesuaikan. Aspek penting dari strategi perencanaan ini adalah program dapat dikaji ulang untuk setiap periode tertentu dan perubahan mungkin saja dilakukan untuk penyesuaian program di dalam kerangka acuan perencanaan dan waktunya.
- Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai, dan sejauh mana pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa, maka kegiatan monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi ini adalah untuk meneliti efektifitas dan efisiensi dari program sekolah dan kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seringkali evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain hasil evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan dipergunakan untuk pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program di masa mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga merupakan suatu proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.
Penutup
Beragamnya kondisi lingkungan sekolah dan
bervariasinya kebutuhan siswa di dalam proses pembelajaran ditambah lagi dengan
kondisi geografi Indonesia
yang sangat kompleks, seringkali tidak dapat diapresiasikan secara lengkap oleh
birokrasi pusat. Oleh karena itu di dalam proses peningkatan mutu pendidikan
perlu dicari alternatif pengelolaan sekolah. Hal ini mendorong lahirnya konsep
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Manajemen alternatif ini
memberikan kemandirian kepada sekolah untuk mengatur dirinya sendiri dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan, tetapi masih tetap mengacu kepada kebijakan
nasional. Konsekwensi dari pelaksanaan program ini adanya komitmen yang tinggi
dari berbagai pihak yaitu orang tua/masyarakat, guru, kepala sekolah, siswa dan
staf lainnya di satu sisi dan pemerintah (Depdikbud) di sisi lainnya sebagai
partner dalam mencapai tujuan peningkatan mutu.
Dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen ini,
strategi yang dapat dilaksanakan oleh sekolah antara lain meliputi evaluasi
diri untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan sekolah. Berdasarkan hasil
evaluasi tersebut sekolah bersama-sama orang tua dan masyarakat menentukan visi
dan misi sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan atau merumuskan mutu yang
diharapkan dan dilanjutkan dengan penyusunan rencana program sekolah termasuk
pembiayaannya, dengan mengacu kepada skala prioritas dan kebijakan nasional
sesuai dengan kondisi sekolah dan sumber daya yang tersedia. Dalam penyusunan
program, sekolah harus menetapkan indikator atau target mutu yang akan dicapai.
Kegiatan yang tak kalah pentingnya adalah melakukan monitoring dan evaluasi
program yang telah direncanakan sesuai dengan pendanaannya untuk melihat
ketercapaian visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan
kebijakan nasional dan target mutu yang dicapai serta melaporkan hasilnya
kepada masyarakat dan pemerintah. Hasil evaluasi (proses dan output) ini
selanjutnya dapat dipergunakan sebagai masukan untuk perencanaan/penyusunan
program sekolah di masa mendatang (tahun berikutnya). Demikian terus menerus
sebagai proses yang berkelanjutan.
Untuk pengenalan dan menyamakan persepsi
sekaligus untuk memperoleh masukan dalam rangka perbaikan konsep dan
pelaksanaan manajemen ini, maka sosialisasi harus terus dilakukan.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat pilot/uji coba harus segera dilakukan untuk
mengetahui kendala-kendala yang mungkin muncul di dalam pelaksanaannya untuk
dicari solusinya dalam rangka mengantisipasi kemungkinan-kemungkian kendala
yang muncul di masa mendatang. Harapannya dengan konsep ini, maka peningkatan
mutu pendidikan akan dapat diraih oleh kita sebagai pelaksanaan dari proses pengembangan
sumber daya manusia menghadapi persaingan global yang semakin ketat dan
ditunjang oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara cepat.
Daftar Pustaka
Bendell, Tony, and Boulter, Louise, and Kelly,
John, 1993, Benchmarking for Competitive Advantage, Pitman Publishing, London, United
Kingdom
Century oleh
Colin Rose and Malcolm J. Nicholl), Pasca Sarjana IKIP Jakarta,
Luwis R.
Beston, Supervision and Manajement, New York, Mcgraw Hill Book Company, 1972
Mamduh M.
Hanafi, Manajemen Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 1997
Peningkatan
Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah: Suatu Konsepsi Otonomi Sekolah (paper
kerja), Depdikbud, Jakarta.
Semiawan,
Conny R., dan Soedijarto, 1991, Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan
Nasional Menjelang Abad XXI, PT. Grasindo, Jakarta.
Suseno,
Muchlas, 1998, Percepatan Pembelajaran Menjelang Abad 21 (makalah hasil
analisis dari Accelerated Learning for 21st
Tim Teknis
Bappenas, 1999, School-Based Management di Tingkat Pendidikan Dasar, Naskah
kerjasama Bappenas dan Bank Dunia, Jakarta.
Victorian's
Departement of Education, 1997, Developing School Charter: Quality Assurance in
Victorian Schools,
Education Victoria, Melbourne, Australia.
www_geocities_com-pakguruonline_files
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU_files Dikmenum, 1999,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar