PENDEKATAN KLARIFIKASI DALAM PENDIDIKAN NILAI
- Pendahuluan
Moral dan moralitas dua perpaduan istilah yang tidak bisa
dipisahkan dalam ranah kehidupan dan pendidikan di dunia. Yang pertama
mengandung arti ajaran yang baik dan yang buruk yang diterima secara umum
mengenai perbuatan, sikap kewajiban dan lainnya, moral juga sinonim dengan
akhlak, budi pekerti dan susila.”[1]
Sementara moralitas mengandung makna segala sesuatu yang berhubungan dengan
etiket atau adab sopan santun.”[2]
Dua istilah ini menurut permasalahan merupakan main strem
dan tujuan akhir dari upaya pendidikan nilai yang diajarkan di sekolah-sekolah,
meskipun diakui bahwa pendidikan nilai merupakan bagian yang tidak pernah 100 %
diajarkan pada muridnya disebabkan berbagai kendalanya, pendidikan nilai
hanyalah bagian kecil dari kurikulum yang tersembunyi ( hidden curriculum )
sebagaimana dikatakan oleh Jack R. Frankel: “ However, values also are part
of the hidden curriculum ( bagaimanapun nilai-nilai merupakan bagian dari kurikulum
yang tersembunyi}[3]
Implikasinya, nilai-nilai hanya difahami sebatas pemahaman kognitif an sich
yang bersifat indoktrinal yang semu, sehingga tidak heran jika banyak sekali
pemahaman yang keliru atau salah dalam memahami nilai-nilai yang diajarkan kepada
anak didik.
Sekolah sebagai second link dalam pendidikan, sadar
atau tidak sadar telah berupaya membuat beberapa pendekatan dalam pendidikan
nilai, seperti pendekatan penanaman nilai, pendekatan perkembangan kognitif,
pendekatan analisis nilai, pendekatan klarifikasi nilai dan pendekatan
pembelajaran berbuat, tetapi ketidaksigapan dan ketidak siapan dalam mengusai
hakikat pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran nilai menjadi boomerang dan
masalah tersendiri ada gap diantara das
sein dan das sollen.”[4] Makalah ini akan maencoba membahas tentang
pendekatan klarifikasi nilai dalam pendidikan nilai.
- Pengertian Pendekatan Klarifikasi Dalam Pendidikan Nilai
Sebelum membahas tentang pendekatan klarifkasi, marilah kita
coba meraba apa makna pendekatan dan klarifikasi itu sendiri. Pendekatan
bermakna : “ usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan
dengan orang yang diteliti atau metode untuk mencapai pegertian tentang masalah
penelitian, ancangan.”[5] Klarifikasi
bermakna pejernihan, penjelasan dan pengembalian kepada yang sebenarnya.[6]
pendekatan pendidikan nilai dianggap sebagai cara menyikapi atau sudut pandang
yang menjadi dasar atau source dalam merekayasa pembelajaran nilai
berlangsung dalam layak, benar dan sesuai dengan tujuan dari pendidikan
nasional.”[7]
Starting point dari klarifikasi nilai adalah pandangan bahwa
generasi muda dewasa ini hidup dalam satu dunia yang baru complicated yang
dibuat rancu oleh berbagai perspektif nilai yang terefleksi dalam kehidupan
religi, politik, kode moral ataupun idiologi-idiologi yang berkembang di
masyarakat yang didukung oleh materi yang heterogen dan individu yang
dihubungkan dengan nilai itu sendiri.[8]
Pendekatan klarifikasi nilai ( values clarification
approach) pertama kali digunakan oleh Raths, Harmin dan Simon dengan
bukunya Values and Teaching mereka menyatakan ada tiga proses dimana
nilai-nilai dapat ditemukan yang melalui, Choosing ( memilih ). Prizing
( menilai ) dan Acting ( aplikasi ) tahun 1966.[9]
kemudian diperbahaui lagi pada tahun 1975 menjadi : Thinking ( berfikir ),
Feelingf ( Perasaan), Choosing ( memilih ), Communicating ( komunikasi ),
acting ( aplikasi ).[10]
Pendekatan klarifikasi nilai
( values clarification approach) memberi penekanan pada usaha
membantu peserta didik dalam mengkaji perasaan dan perbuatan sendiri, untuk
meningkatkan kepada mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini
dinilai efektif untuk pendidikan di alam demokrasi.[11]
Pendekatan klarifikasi nilai
( values clarification approach) menurut Nurul Zuriah yaitu
: pendekatan ini bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain. Selain
itu, pendekatan ini juga membantu peseta didik untuk mampu mengkomunikasikan
secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang lain
dan membantu peserta didik dalam menggunakan kemampuan berfikir rasional dan
emosional dalam menilai perasaan, nilai dan tingkah laku mereka sendiri.[12]
Formulasi klarifikasi nilai memperkenalkan pandangan megenai
pengembangan keputusan-keputusan kita dalam hubungannya dengan konteks sosial.
Senada dengan itu James Shaver dan william Stomg menyatakan : “The values
clarification approach centers on the valuing process. It si cocerned with
technique for stimulating students to think about and clarify their own values”
(pendekatan klarifikasi nilai memfokuskan pada aspek penilaian didukung dengan
berbagai teknik untuk menstimulasi siswa dan berfikir tentang nilai dan
menemukan nilai-nilai yang ada daam diri mereka.”[13]
Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga : Pertama,
membantu peseta didik untuk menyadarkan dan mengidentifikasi nilai-nilai meeka
sendiri serta nilai orang lain; Kedua, membantu peserta didik supaya mampu
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan oang lain, berhubungan dengan
nilai-nilainya sendii; Ketiga, membentu peserta didik supaya mereka
mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berprilaku rasional, dan pola
tingkah laku mereka sendiri.”[14]
Dengan pendekatan klarifikasi nilai peserta didik diajarkan
tentang ethical relativsm dan bagaimana manusia mengembangkan setiap nilainya
sendiri, guru ditantang mampu membuat konflik nilai (values conflict).[15]
yang dirancang sedemikian rupa- sehingga peserta didik mampu menemukan nilai
sendiri.[16] Sebagai
pendekatan yang lebih populer maka pendekatan klarifikasi nilai lebih mudah
dipahami, hal ini karena pendekatan ini menghadirkan kenyataan dan alasan dalam
membenarkan sebuah nilai yang dibangun oleh seseorang, hal ini menggunakan
sumber-sumber buku relevan, filmstrip, latihan-latihan dan juga workshop yang
bertujuan mempermudah pemahaman mereka terhadap nilai.”[17]
Zubaedi dalam bukunya menyatakan bahwa pendekatan klarifikasi
nilai bisa menggunakan dialog, menulis, diskusi dalam kelompok besar dan juga kecil,[18]
portopolio[19] dan
yang lain-lain yang lebih menekankan pada aspek nilai sesungguhnya ( true
value ).
Dalam aflikasinya terdapat tujuh langkah yang menjadi prinsip
klarifikasi nilai, yaitu: (1) nilai harus dipilih secara bebas, (2) nilai
dipilih harus berbagai alternatif, (3) memilih nilai sesudah dipertimbangkan
akibat-akibat dari plihan, (4) nilai harus diwujudkan dihadapan umum, (5) nilai
adalah kaidah hidup, (6) nilai harus selalu dipelihara, dan (7) berani
mengemukakan nilai di depan orang lain.”[20]
Ketujuh langkah klarifikasi ini sangat mencerminkan keutuhan
dimensi pendidikan yang produktif dan efesien. Langkah pertama sampai ketiga termasuk dimensi kognitif ( menekankan
kemampuan rasional ). Keempat dan kelima mencerminkan dimensi efektif
(penghargaan dan rasa bangga), langkah keenam da ketujuh mencermikan dimensi
psikomotorik (tindakan konkrit yang terus menrus dan terpola).
Pendekatan ini
memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Bagi
penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh seseorang
berdasarkan kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri, tidak
ditentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat dan sebagainya. Oleh
karena itu pengaut pendekatan ini isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang
sangat penting di dalam program pendidikan adalah megembangkan keterampilan
siswa dalam melakukan proses menilai. Sejalan dengan pandangan tersebut,
sebagaimana dijelaskan oleh Elias (1989), bahwa bagi penganut pendekatan ini,
guru bukan sebagai pengajar nilai, melainka sebagai role model dan pendorong.
Peranan guru adalah mendorong siswa dengan petanyaan-pertanyaan yang relevan
untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai.[21]
Ada tiga proses
klarifikasi menurut pendekatan ini. Dalam tiga proses tersebut terdapat tujuh
sub proses sebagai berikut : Pertama : memilih:(1) dengan
bebas, (2) dari bagian alternatif (3) Setelah mengadakan pertimbangan
tentang berbagai akibatnya. Kedua
: menghargai : (1) masa bahagia
atau gembira dengan pilihannya, (2) mau mengakui pilihannya itu di depan umum, Ketiga
: bertindak : (1) berbuat sesuatu sesuai dengan pilihannya, (2) diulang-ulang sebagai suatu
pola tingkah laku dalam hidup.[22]
Selajutnya ada 5
proses setelah penyempurnaan dari tujuh sub diatas.
1. Fikiran
-
berfikir
dalam tingkata yang bermacam
-
berfikir
krits
-
pemikiran
moral dalam tingkatan yang lebih tinggi
-
pandangan
berbeda dan berfikir kreatif
2. Perasaan
-
menghargai,
hadiah
-
merasakan
dirinya sendiri lebh baik
-
sadar
akan perasaan tetentu
3. Memilih
-
memili
2 hal
-
mempertimbangkan
akibatnya
-
pencapaian
perencanaan
-
bebas
4. Komunikasi
-
kemampuan
mengirim pesan yang baik
-
perasaan
mendalam, membawa
-
kerangka
yang lain dari reference ( surat )
-
pemecahan
masalah
5. Acting/ aplikasi
-
mengulang-ulang
-
tetap
-
aplikasi
degan segenap kemampuan dimana berada.[23]
Untuk
mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai tersebut, telah
merumuskan juga empat pedoman sebagai kunci penting sebagai berikut : (1)
Tumpuan perhatian diberikan pada kehidupan. Maksudnya adalah berusaha untuk
mengarahkan tumpuan perhatian pada berbagai aspek kehidupan mereka sendiri,
supaya mereka dapat mengidentifikasi hal-hal yang mereka nilai, (2) penerimaan
sesuai dengan apa adanya. Maksudnya, ketika kita memberikan perhatian pada
klarifikasi nilai, kita perlu menerima posisi oang lain tanpa pertimbangan,
sesuai dengan apa adanya, (3) Stimulus untuk bertindak lebih lanjut. Artinya
kita perlu lebih banyak berbuat sebagai refleksi nilai, daripada sekedar
menerma,(4) Pengembangan kemampuan perseorangan. Artinya dengan pendekatan
inibukan hanya mengembangkan keterampilan karifikasi nilai, tetapi juga
mendapat tuntunan untuk berpikir dan berbuat lanjut.[24]
Sedangkan
kelemahannya sama halnya dengan pendekatan perkembangan kognitif karena
menampilkan bias Budaya Barat. Dalam pendekatan ini, kriteria bena salah sangat
relatif, karena sangat mementingkan nilai perseorangan. Seperti dikemukakan
oleh Banks, pendidikan nilai menurut pendekatan ini tidak memiliki suatu tujuan
tetentu berkaitan dengan nilai. Sebab, bagi penganut pendekatan in, menentukan
sejumlah nlai untuk siswa adalah tidak wajar dan tidak etis.[25]
Sistem pendidikan
menurut pendekatan ini tidak lagi berfungsi membentuk moral, dan karakter peseta
didik, sebaliknya peserta didik didorog untuk tumbuh dan berkembang
kebebasannya dalam mengenalkan bahwa tidak ada jawaban yang benar dan salah
dalam kehidupan selama hati nurani menyatakan benar-akibat peserta didik tidak
mampu membedakan baik dan benar karena setiap orang mempunyai pendapat
sendiri-sendiri tentang baik dan benar. Disamping itu karena pendekatan ini
sangat humanis tentu akan merusak otoritas agama dan otoritas orang-orang tua
terhadap anak yang selanjutnya akan dapat meninggalkan demokralisasi atas
sebuah bangsa.[26] Dalam
kajian tersebut dibahas delapan pendekatan pendidikan nilai berdasarkan kepada
berbagai literatur dalam bidang psikologi, sosiologi, filosofi, dan pendidikan
yang berhubungan dengan nilai. Namun, selanjutnya berdasarkan kepada hasil
pembahasan dengan
para pendidik dan alasan-alasan praktis dalam penggunaannya di
lapangan, pendekatan-pendekatan tersebut telah diringkas menjadi lima
(Superka,et.al.1976).Lima pendekatan tersebut adalah:(1) Pendekatan penanaman nilai (inculcationapproach), (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), (3) Pendekatan analisis nilai (values analysis pproach),(4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarificatio approach), dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).[27]
para pendidik dan alasan-alasan praktis dalam penggunaannya di
lapangan, pendekatan-pendekatan tersebut telah diringkas menjadi lima
(Superka,et.al.1976).Lima pendekatan tersebut adalah:(1) Pendekatan penanaman nilai (inculcationapproach), (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), (3) Pendekatan analisis nilai (values analysis pproach),(4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarificatio approach), dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).[27]
- Konsep Tentang Nilai dan Pembelajaran
Konsep tentang
nilai adalah telah
dibahas pada makalah sebelumnya. Nilai maksudnya adalah harga yang diberikan
oleh seseorang atau sekelompok oang terhadap sesuatu ( material, immaterial,
personal, kondisional) atau menjadi jati diri dari sesuatu.[28]
Nilai merupakan
hal yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyeangkan,
sesuatu yang disukai dan diinginkan, singkatnya sesuatu yang baik. Dengan
demikian nilai merupakan kualitas yang mencakup bidang yang sangat luas dalam
konsep ini adalah moral, etika dan budi pekerti karena nilai berkaitan dengan
gerak gerik atau tingkah laku manusia yang diperhatikan sebagai tujuan
hidupnya.
Secara dinamis,
nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh
individu serta diterima sebagai milik bersama dalam kelompoknya. Kesimpulannya
nilai memiliki konsekuensi yang sangat mendasar terlebih lagi nilai tentang
keilmuan dan teknologi.
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendidik peserta
didik, dalam defenisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebut
ada kegata memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi yang
optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan dalam kondisi
tetentu. Kemudian pembelajaran juga mengandung makna sebagai pola umum
perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang menjadi
kerangka acuan untuk pemahaman yang lebh baik.
- Tujuan Pendekatan Klarifikasi Nilai
Klarifikasi Nilai
didukung dengan proses nilai, dibandingkan yang berhubungan dengan nilai yang
mendasari sebagai hal terpenting terhadap nilai-nilai. Menuut possi ini,
menilai pendidikan tentang poses nila terhadap anak yang bukan pergantian nilai
peserta didik. Ada juga yang berpendapat tentang mengakui ada pebedaan nilai
dan menilai. Bagaimana perhatian mereka ada hubungan asimilasi yang terdahulu
terhadap perkembangan sekarang. Kita juga tidak bisa memberikan nilai terhadap
anak didik secara mutlak akan tetap kita bisa memberi anak itu yang lebih baik.
Kita juga dapat memberikan sistem dengan menggunakan nilai terhadap diri
sendiri ( peseta didik ).
Ada 2 alasan utama
dari pendekatan ini mengenai klarifikasi nilai antara nilai dan menilai.
- Seperti yang telah terjadi, para penganut bahwa nilai-nilai terhadap perubahan terus menerus, dan di mana nilai spesifik yang lain kita juga bisa gunakan untuk mengajar sekarang dan juga masa akan datang.
- Mereka percaya pendekata ini dapat menyiapkan paenddikan nila yang sesuai terhadap anak-anak, itu adalah orang-orang yang tidak mampu mengatasai/ memecahkan permasalahan nilai mereka masing-masing.
Tujuan dalam
pendekatan ini menurut :
1. Hers Miller Fielding ( 1980:75-76 ) adalah
2. Shaver & Strong ( 1982 : 136 ) adalah
- Posedur/ Langkah-langkah dalam Pembelajaran
Dalam pendekatan ini Lawrience Kohlberg mengadakan penelitian lebih
lanjut dan menemukan suatu perbandingan terhadap pendekatan ini. Kemudian Simon
Sydney mengutarakan bahwa Kohlberg adalah seorang peneliti klarifikasi nilai
terhadap guru yang tidak memiliki karakter. Simon membedakan antara meeka yang
mempunyai kaitan dengan penelitiannya yang menarik dan nyata secara
akademisnya.
Ada tiga kategori utama dalam pendekatan ini yang terpenting yaitu Pertama : Strategi, dialog, yang mengacu
kepada suatu tanggapan. Peran guru juga dilatih untuk menggunakan proses nilai
itu, taggapan ini memiliki 10 kualitas.
- mengkritik, memberi nilai, mengevaluasi
- menaruh tanggung jawab terhadap siswa untuk mempertimbangkan prilaku dan gagasannya sendiri.
- memberikan rangsangan terhadap anak didik tetapi tidak dengan cara paksa, agar peserta didik tidak salah dalam mengambil keputusan.
- merangsang anak didik ke arah yang meyakinkan
- tidak maengambil keuntungan atau tujuan lain.
- tidak selalu melakukan diskusi yang tidak berhubungan dengan praktek nilai, harus terarah dan tertentu.
- mengklarfikas tanggapan-tanggapan dari perorangan
- mampu bereaksi terhadap segala yang dilakukan di kelas
- tanggapan klarifikasi melihat situasi jika tidak ada ” jawaban yang benar ”.
- mereka bukan mesin perumus.[29]
Kedua : banyaknya
aktifitas menulis dan menganut klarifikasi nilai mengusulkan bahwa adanya
hubungan atau kaitan dengan tugas-tugas yang sama sebagai strategi dialog dan
klarifikasi penguraian pendapat, kecuali pendapat itu ditulis dalam bentuk
laporan.
Ketiga : Kegiatan
kelompok lebih baik dan langsung difokuskan ke dalam diskusi kelompok dan
proses kelompok membentuk tugas individu yang lebih memfokuskan kerja terhadap
perkembangan nilai tersebut, aktivitas ini meliputi :
1.
Gambar tanpa teks/ keterangan
2.
Pertanyaan yang mendasar terhadap pengaruh
perkembangan nilai peserta didik
3.
Cerita-cerita lucu
4.
Pemandangan dari gambar hidup .[30]
Aktivitas ini digunakan dalam berbagai cara kebenaran dalam kelompok
besar maupun kecil. Kategori ini menggunakan saana pendidikan itu sendiri dalam
peniaian peserta didik tersebut.
- Tugas Peran Pendidik
Peran didik dalam
pendekatan ini adalah sebagai pengembangan bagi anak didik terhadap
pengembangan kemampuan dasar yang memiliki nilai. Pendekatan klarifkasi nilai
bagi guru bukan saja hanya sekedar datang mengajar atau menjadi model tentang
prilaku yang diinginkan, tetapi lebih kepada tekhnis pengembangan yang
serangkai dengan teknis tentang kecakapan juga.
Sebagai seorang
guru harus memiliki nilai dalam prilaku dan juga gaya hidup yang sesuai dalam
aktifitasnya mengajar, pendekatan ini menuntut guru untuk kenetralan terhadap
bantahan yang berkaitan dengan nilai-nilai terhadap peserta didik sesuai dengan
tempat di mana aktivitas mengajarnya. Kenetralan maksudnya tidak berarti bahwa
guru harus tidak memelihara nilai-nilai tersebut, akan tetapi guru lebih
memiliki dan menguasai dasar-dasar pendidikan nilai terhadap pekembangan nilai
anak didik.
Oleh sebab itu,
menurut Durkheim, guru dipandang bukan sebagai contoh masyarakat atau juga
model, lebih lanjut dikatakan Kohlberg seorang guru juga cerminan bagai peserta
didik. Kemudian Wilson Rather yang berpendapat tentang klarifikasi nilai, guru
dalam pendekatan ini, yaitu seorang guru juga sebagai salah satu terapi moral
atau sebagai fasilitator yang siap membantu peserta didiknya, agar peserta
didik tesebut bisa dengan mudah berkembang.[31]
- Kritik Terhadap Pendekatan Klarifikasi Nilai
Pendidikan nilai, moral dan etika merupakan hidden curiculum
yang secara integral terkait dengan hampir semua mata paelajaran sekolah.
Keberhasilan menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai tersebut tergantung
dari peranan pendidik (guru) yang mendukung sistem penyelenggaraan pendidikan
sekolah dan sejauhmana komitmen masyarakat dan pemerintah dalam memberikan
teladan kepada anak-anak.
Pendekatan klaifikasi sebagai sebuah pendekatan dalam
pembelajaran mencoba menawarkan pemahaman anak untuk mencari nilai kebenaran
dalam sesuatu yang dianggapnya penting dengan pola choosing, prizing dan acting
pada tahun 1966 yang kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1975 menjadi
Thinking, Feeling, Choosing, Communicatig, dan Acting.
Bagi seorang guru yang menguasai pendekatan ini dituntut
untuk menciptakan sebuah konflik nilai yang diseting sedemikian rupa sehingga
anak diajak untuk berdialog dan menganalisa dalam menemukan nilai-nilai yang
ada dalam konflik ini.
Hal yang menarik dalam pendekatan ini adalah menumbuhkan
kemampuan dalam diri anak didik untuk melakukan kegiatan bebas dan terarah
sesuai dengan prosedur dan system yang digunakan.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, pendekatan ini
dipandang sebagai pendekatan yang lebih populer, dan lebih mudah serta layak
untuk dikaji secara mendalam sehingga dekadensi moral bisa diminimalisir. Ikon kebangkitan bangsa kita terletak pada
generasi muda yang sekolah. Tapi apapun pendekatan yang dilakukan akan terasa
paradoxial jika lingkungan keluarga dan masyaakat tidak mendukung.
Demikian makalah
ini yang bisa saya hadirkan dan disusun, saya manyadari bahwa makalah ini jauh
dari sebuah kriteria ilmiah, hal ini karena kekurangtauan dan kelemahan saya
dalam mencari dan menemukan literatur terkait. Maka dari saran dan tegur sapa
membangun sangat saya harapkan demi menunjang ke arah yang lebih baik. Wallahu
a’lam bishshawab.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mangkoesapoetra. Model
Pembelajaran Portopolio: Sebuah Tinjaun Kritis, www. Artikel. Us/Art05-15.Html: Menurut
ERIC Digest (2000),
A. Kosasih
Djahiri, Menelusuri Dunia Efektif : Pendidikan Nilai Dan Moral, (
Bandung : Laboratorium Pengajaran PMP IKIP Bandung, 1996
Barry Chazan, Cotemporary Approaches
to Moral Education, Analyzing Alternative Theoritis ( New York :Teacher
Collage Press, 1985)
Cheppy HC, Pendidikan Moral dalam
Beberapa Pendekatan, ( Jakarta
: Proyek Pengembangan LPTK Dirjen Dikti Depdikbud, 1988
Jack R. Frankel, How To Teach About
Values : an Analytic Approach, ( San Fransisco USA : Prentice Hall, 1977),
James P. Shaver dan William Strong, Facing
Value Decisions Rationale-Building For Teachers, (New York : Teachers
College, 1982)
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan
Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, ( Jakarta PT. Bumi Angkasa, 2007 ),
TIM
Penyusun, Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. 3 (
Jakarta : Balai Pustaka, 2002)
Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
www.
Depdiknas.goid/jurnal/26/pendekatan Pendidikan. Teuku _Ramli.
Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai Dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi
Pekerti.
Zubedi, Pendidikan Berbasis
Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial, (
Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2005),
[1] . TIM Penyusun, Kamus Pusat Bahasa. Kamus
Besar Bahasa Indonesia Ed. 3 ( Jakarta : Balai Pustaka, 2002) h. 754
[2] . Ibid,
h. 755
[3] .
Jack R. Frankel, How To Teach About Values : an Analytic Approach, ( San
Fransisco USA : Prentice Hall, 1977), h. 2
[4] .
Zubedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi terhadap
berbagai Problem Sosial, ( Yogyakarta :
Pustaka belajar, 2005), h. 12-28
[5] . TIM Penyusun, Kamus Pusat Bahasa....,
h. 247
[6] . Ibid, h. 574
[7] . A. Kosasih Djahiri, Menelusuri Dunia
Efektif : Pendidikan Nilai Dan Moral, ( Bandung :: Laboratorium Pengajaran
PMP IKIP Bandung, 1996) h. 53
[8] . Cheppy HC, Pendidikan Moral dalam
Beberapa Pendekatan, ( Jakarta : Proyek Pengembangan LPTK Dirjen Dikti
Depdikbud, 1988), h. 179
[9] . Jack
R. Frankel, How To Teach…, h. 32
[10] .
Barry Chazan, Contemporary Approaches to
Moral Education, The Hebrew
University of Jerussalem,
( New York & London : Teachers College Columbia University, 1985). 48
[11] . Zubedi, Pendidikan Berbasis…, h.
23
[12] . Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan
Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, ( Jakarta
PT. Bumi Angkasa, 2007 ), h. 74-75
[13]
. James P. Shaver dan William Strong, Facing
Value Decisions Rationale-Building For Teachers, (New York : Teachers
College, 1982) h. 135
[14] .
Zubedi, Pendidikan Berbasis…, h. 24
[15] .
James P. Shaver dan William Strong, Facing Value…h. 32-33
[16] .
Zubedi, Pendidikan Berbasis…, h.24
[17] .
Barry Chazan, Cotemporary … h. 45
[18] .
Zubedi, Pendidikan Berbasis…,24
[19] .
Arif Mangkoesapoetra. Model Pembelajaran Portopolio: Sebuah Tinjaun
Kritis, www. Artikel. Us/Art05-15.Html: Menurut ERIC Digest (2000), “ Potfolios
are used in varios professions together typical…; art students assamble a
portfolio for a art clas…”,Portofolio merupakan hasil kumpulan karya siswa
sebagai hasil belajarnya. Portofolio, selain sangat bermanfaat dalam memberikan
gambaran mengenai sikap da minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan, juga
dapat menunjukkan pencapaian atau peningkatan yang diperoleh siswa dari proses
pembelajaran.
[20]
Zubedi, Pendidikan Berbasis…,25-26
[21] . www.
Depdiknas.goid/jurnal/26/pendekatan Pendidikan. Teuku _Ramli.
Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai Dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi
Pekerti.
[22] . www.
Depdiknas.goid/jurnal/26/pendekatan Pendidikan. Teuku _Ramli.
Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai Dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi
Pekerti
[23] .
Barry Chazan, Contemporary…48
[24]
. Zubedi, Pendidikan Berbasis…,27
[25] .
www. Depdiknas.goid/jurnal/26/pendekatan Pendidikan. Teuku _Ramli.
Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai Dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi
Pekerti.
[26] .
Zubedi, Pendidikan Berbasis…,27-28
[27] . www.
Depdiknas.goid/jurnal/26/pendekatan Pendidikan. Teuku _Ramli.
Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai Dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi
Pekerti
[28] .
A. Kosasih Djahiri, Menelusur Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral,
(Bandung: Lab. Pengajaran PMP IKIP, 1996), h. 18
[29] .
Barry Chazan, Contemporary…63
[30] . Barry
Chazan, Contemporary…21
[31] .
Barry Chazan, Contemporary…61
Tidak ada komentar:
Posting Komentar