Pages

Kamis, 13 Oktober 2016

Bangun Indonesia dengan Melatih TIK pada Guru Madrasah di Sudut Negeri

Dalam kehidupan ini, satu hal yang saya yakini dalam agama saya yaitu:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.” (H.R Thabrani dan Daruquthni)
Hadits itu selalu melekat di hati saya hingga suatu pagi Allah beri saya sebuah pelajaran yang begitu berharga. Awal 2012, pukul 04.50 WIB ketika itu saya hendak berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat subuh. Begitu membuka pintu pagar rumah kos, seorang anak yang kurang lebih berusia delapan tahunan, dengan sebuah karung yang bawanya datang menghampiri saya.
“Bang, gelas aqua bekasnya boleh untuk saya?” katanya dengan polos sambil menunjuk gelas-gelas aqua bekas yang berserakan di halaman rumah kos saya.
Saya amati si anak itu dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Tampak bahwa si anak tersebut masih usia sekolah dasar.
“Oh, boleh ambil aja dik.” Jawab saya
Sambil membantunya memasukkan gelas-gelas aqua bekas itu saya kembali bertanya-tanya kepadanya.
“Masih sekolah dik?” tanya saya
“Udah enggak lagi Bang.” Jawabnya.
“Kenapa?” saya tanya kembali.
Dia hanya diam. Tiba-tiba seorang wanita paruh baya dengan membawa sebuah karung yang penuh dengan barang-barang bekas datang menghampiri kami dan mengajak anak tersebut pergi.
“Yuk nak!” kata wanita itu.
“Makasi ya Bang.” Kata mereka sambil berpamitan.
“Iya sama-sama.” Jawab saya
Karena sudah terdengar suara iqomat, saya pun bergegas menuju masjid. Setelah selesai shalat subuh saya kembali teringat dengan si anak tersebut. Miris sekali hati ini bila mengingat anak tersebut. Anak yang seharusnya sedang berada ditempat tidur, menyiapkan energinya untuk menerima pelajaran di bangku sekolah, sudah berkeliling kota Medan untuk mencari barang bekas di pagi buta. Saya mencoba menarik kesimpulan bahwa si anak tersebut putus sekolah pasti karena masalah ekonomi. Saya merefleksikan ke diri saya yang beruntung masih diberikan kesempatan untuk bisa kuliah tanpa harus memikirkan biaya. Mulai saat itu saya mencoba menuliskan di kertas impian saya bahwa suatu saat nanti saya harus menjadi penebar manfaat dan menjadi sekerup perubahan dibidang pendidikan dan ekonomi. Karena saya meyakini bahwa majunya sebuah bangsa berawal dari pendidikan.
Berawal dari rasa ingin menjadi penebar manfaat kemudian bergabung di sebuah komunitas social entrepreneur yang bergerak di bidang pendidikan berbasisi TIK pada Desember 2013, kini mengantarkan saya bekerja di sebuah NGO yang mempunyai visi Indosesia Terdidik TIK. Yaitu agar guru-guru di daerah khususnya bisa memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran. Ketidaksetaraan guru dalam mengusai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), memotivasi kami untuk bergerak untuk menginspirasi guru-guru di daerah dan masyarakat pembelajar untuk menyalakan semangat Indonesia Terdidik TIK. Karena satu guru yang terdidik TIK akan melahirkan puluhan generasi muda yang berpendidikan.
Kami memiliki sebuah program andalan yaitu TCDP (Teacher Competency Development Program). TCDP adalah sebuah program pengembangan kompetensi guru khususnya di bidang pemanfaatan TIK. TCDP sendiri memiliki empat rangkaian kegiatan yaitu seminar, pelatihan, pendampingan, dan kontes. Selama 6 bulan guru-guru akan diberikan pelatihan dan pembinaan TIK secara intens hingga akhirnya para guru siap untuk mengikuti kontes media presentasi.
Di tahun 2016 ini saya diberikan amanah untuk memfasilitasi MTs. Nurul Ikhwan Konsesi Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara, khususnya di bidang pemanfaatan TIK. MTs. Nurul Ikhwan Konsesi adalah sekolah yang berada terletak di Dusun Sidorejo, Desa Pengarungan, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Meski berjarak 15km dari Jalan  Lintas Sumatera dan berada di tengah-tengah areal perkebunan kelapa sawit, para guru MTs. Nurul Ikhwan memiliki semangat yang luar biasa untuk memajukan pendidikan di daerahnya.
Pada awal menjadi fasilitator IT untuk MTs. Nurul Ikhwan Konsesi saya merasa sedikit nervous, karena guru-guru yang saya hadapi mayoritas berusia lebih tua daripada saya. Namun lama kelamaan rasa nervous itu bisa saya kendalikan karena saya menyarankan mereka agar menganggap saya sebagai adik atau anak mereka sendiri, bukan sebagai fasilitator. Dengan begitu tercipta rasa kebersamaan dan kekeluargaan.
Banyak suka duka yang saya alami selama memfasilitasi MTs. Nurul Ikhwan Konsesi. Karena jaringan telpon dan internet yang susah didapat di sana ditambah lagi tidak adanya rumah yang disewakan oleh warga sebagai penginapan saya dan tim DPF lainnya, membuat saya dan tim memilih untuk tinggal di dekat akses utama Jalan Lintas Sumatera. Alhasil jarak tempat tempat tinggal saya dengan MTs. Nurul Ikhwan Konsesi berjarak 15 km dan dapat ditempuh selama 30 menit menggunakan sepeda motor.
Kondisi jalan yang mayoritas masih tanah merah dan belum diaspal tak menyurutkan langkah saya dan tim untuk menyambut semangat belajar para guru disana. Rasa lelah saat menelusuri jalan perkebunan kelapa sawit terasa hilang terbayarkan dengan semangat dan rasa keingintahuan para guru untuk terus  belajar agar bisa memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran. Walaupun dipelosok kebun sawit yang rimbun dan rapat, kami tidak merasa kendala dengan bantuan yang sangat berarti dari jerih payah kepala madarasah untuk mengupayakan koneksi, walaupun merogo kocek.  Di samping itu juga kurangnya pasokan listrik ke Desa Pengarungan maka pemadaman listrik terjadi secara berulang-ulang hal tersebut menjadi hambatan terbesar bagi saya dan tim dalam memfasilitasi TIK di madrasah tersebut maka sebagai solusinya saya dan tim menambah durasi waktu  pelatihan.
Awalnya banyak guru madrasah tersebut tidak bisa menggunakan komputer. Bahkan untuk menghidupkan dan mematikannya saja mereka tak mengerti. Setelah diberikan pelatihan dan pendampingan secara intens selama 2 bulan (01 Agustus 2016 - 30 September 2016), Alhamdulillah para guru MTs. Nurul Ikhwan Konsesi kini sudah bisa menggunakan power point ketika mengajar, memiliki sebuah blog, dan  menggunakan social media seperti facebook, Instagram, dan Youtube sebagai media pembelajaran. Ada banyak hal lagi yang harus dibenahi di madrasah tersebut, terutama dalam hal pemanfaatan TIK. Saya berharap setelah berakhirnya program ini, para guru MTs. Nurul Ikhwan Konsesi sudah bisa memanfaatkan dan menerapkan TIK untuk memudahkan mereka dalam proses belajar dan mengajar. 
Saya yakin, tidak ada perjuangan yang sia-sia. Ini adalah langkah untuk membangun Indonesia untuk lebih baik lagi. Karena sebuah visi itu dapat terwujud dengan langkah demi langkah untuk maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar